Sentimentil keagamaan terkait dengan teologi yang dianut oleh setiap agama, sering menimbulkan kesalah pahaman. Setiap orang mempunyai pilihan untuk meyakini suatu agama atau sebuah keyakinan. Namun, dalam pilihan itu sering mengaburkan identitas keagamaannya. Boleh dikatakan bahwa pilihan terhadap sebuah agama atau keyakinnan adalah hak privat, jika dia hak privat mengapa mengapa diperdebatkan, dan mengapa Tuhan harus menurunkan utusan untuk menyampaikan keyakinan yang bersifat privat tersebut.
Umat Islam sedunia tetap dalam satu idiologi, yaitu Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Alqur'an adalah kitab Suci umat Islam, Nabi Muhammad swa, adalah Rasulu dan Nabi yang terakhir. Oleh karena itu, apabila segelintir orang atau seklompok orang menamakan dirinya berkeyakinan berdasarkan agama islam, maka tidak ada pilihan lain kecuali meyakini ketiga dasar teologi tersebut.
Ahmadiyah sebagai wadah dakwah dan sekaligus sebagai sebuah aliran yang berkeyakinan bahwa ada Nabi setelah Nabi Muhammad saw, menjadikan Islam sebagai agama pilihannya. harus meneri dua opsi yaitu kembali ke ajaran Islam yang benar (bubarkan diri) atau membentuk agama lain, dengan tidak menjadikan Alqur'an sebagai kitab sucinya.
Sebaiki kelompok Ahmadiyah menyadari, bahwa Allah adalah Tuhan Yang Esa, Islam adalah agama yang benar di mata Allah, dan Muhammad adalah Nabi dan Rasul yang terakhir. Oleh karena itu, untuk menghindari kekerasan dan rasa ketidak yamanan mayoritas umat Islam, seharusnya Ahmadiyah kembali ke ajaran Islam yang benar dengan membubarkan diri.